Peran Ulama Di Aceh
DR. AMIRUDDIN YAHYA AZZAWIY, MA (Ketua Umum Yayasan Dayah Bustanul Ulum Langsa) |
KOTA
LANGSA, HabaAtjeh - Dayah dan madrasah (meunasah) di Aceh
berperan penting dalam islamisasi dan menjadi pusat pengembangan ilmu keislaman
dan ilmu umum.
Hal tersebut disampaikan
oleh kata Ketua Umum Yayasan Dayah bustanul Ulum Langsa pada acara Haflah
Takhrij (wisuda) santri Madrasah Ulumul
Quran (MUQ) Yayasan dayah Bustanul Ulum Langsa,
minggu (15/4).
“Dayah banyak melahirkan
ulama bahkan banyak diantaranya menjadi pejabat kerajaan saat itu” ujarnya.
Dikatakannya, dayah pertama
di Aceh berbentuk perguruan tinggi adalah dayah cot kala (zawiyah cot kala), dalam
dialek Aceh zawiyah disebut dayah, sama
seperti madrasah disebut meunasah.
“Semua pejabat kerajaan di
Aceh, seperti kerajaan Perlak, Pasai dan Kerajaan Aceh, mereka semua adalah alumni dayah sekaligus
madrasah (meunasah), sebab, di Aceh
waktu itu tidak ada lain lembaga pendidikan kecuali Dayah dan meunasah, jadi
lembaga ini menjadi pusat peradaban Aceh” sebut akademisi IAIN Langsa ini.
Pria yang akrab disapa Emi
ini mencontohkan, Teungku Muhammad Amin, salah seorang sultan pereulak adalah
pendiri dayah cot kala bahkan dia sebagai teungku chik (abu chik) cot kala, selanjutnya, Malik as salih, yakni sultan kerajaan Pasai belajar di
dayah, meurah Johan sultan kerajaan Aceh
yang pertama juga alumni dayah termasuk sultan Iskandar muda juga alumni dayah.
Waktu itu, sambung Emi, sultan - sultan di kerajaan Aceh mereka sebagai pimpinan sekaligus ulama, mereka
mendapatkan ilmunya di dayah, kala itu
dayah terintegrasi ilmunya, tidak
ada pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum.
“Di dayah, kurikulumnya dari
berbagai ilmu pengetahuan, Aceh tidak mungkin maju jika tidak ada dayah, karena
lembaga ini yang ada di Aceh saat itu selain meunasah dan rangkang” ungkap
alumni HMI ini.
Emi menyebutkan, Belakangan
setelah Aceh di kuasai Belanda, maka
dayah di obrak abrik termasuk ulamanya, Belanda tidak mengizinkan di dayah
diajarkan ilmu umum, apalagi ilmu
politik dan tata Negara, setelah itu
dayah hanya fokus pada ilmu agama islam saja. Itupun dibawah pengawasan
Belanda.
Padahl, lanjut Emi, dayah
melahirkan banyak ulama, oleh karena itu ulama menjadi pilar bangsa, ulama
berfungsi sebagai pendidik sekaligus pemimpin dan penyaring budaya, karena itu, ulama harus didengarkan dan dilibatkan dalam
semua pengambilan keputusan di Aceh.
“Untuk itu, saya mengucapkan
selamat kepada alumni MUQ sebagai alumni dayah sekaligus madrasah, teruslah
berkarya dan tingkatkan pengetahuan, Sebab,
bangsa ini butuh orang - orang cerdas,
berkarakter baik sebagai penerus estafet bangsa” pungkasnya.(Syahrial)
Post a Comment