Aceh Jangan Jadi Produsen Produk Murahan
Aceh, HabaAtjeh - Menyahuti deklarasi kawasan Takengon (Aceh Tengah) dan sekitarnya sebagai Kota Coffee (Coffee City) pada 7-8 Desember 2019 yang lalu, Wakil Ketua Umum Kadin Aceh Bidang Otonomi dan Kebijakan Publik, Nasruddin Abubakar menanggapi hal ini sebagai spirit untuk kebangkitan ekonomi Aceh di Zona tengah, khususnya pengembangan industri kopi, sehingga Aceh Tengah, Benar Meuriah dan Gayo Lues menjadi produsen kopi di Aceh.
Deklarasi ini juga menjadi acuan kabupaten/kota lain di Aceh untuk menciptakan sentral-sentral produksi seperti Idi Rayeuk di Aceh Timur yang terkenal dengan ikannya, seharusnya Idi menjadi Kota Ikan (Fish City), Pidie terkenal dengan Empingnya menjadi Chips City) sehingga di zona Timur utara ini tunbuh industri pengelohan ikan dan hasil perkebunan lainnya.
Begitu juga di Zona Barat Selatan yang terkenal dengan produksi pala dan kacangnya sehingga Tapaktuan menjadi Kota Pala (Nutmeg City, Meulaboh menjadi Kota Kacang (Peanuts City)
Kemudian juga beberapa kotamadya seperti Banda Aceh, Sabang dan Langsa yang menjadi kota wisata (Tourism City), sehingga tumbuh industri pariwisatanya dengan produk-produk makanan, cemilan dll.
Untuk mewujudkan ini semua pemerintah Aceh dalam hal ini Gubernur, Bupati dan Walikota harus hadir memberi dukungan dan melibatkan asosiasi-asosiasi pengusaha, khususnya Kadin Aceh yang menjadi mitra pemerintah. Untuk terlibat aktif membangun industri-industri pengolahan (hilirisasi) di Aceh.
Selama ini Aceh menjadi produser murah yang setiap hari mensuplai bahan baku mentah (belum diolah) ke luar Aceh, yang seharusnya Aceh mendapatkan nilai tambah dari hasil produksi petani ini. Sungguh sangat menyedihkan petani kita hampir di semua level pendapatan tidak sesuai dengan pengeluarannya.
Demikian beberapa pemikiran yang kami sampaikan, semoga menjadi masukan kepada pemerintah Aceh, agar segera bertindak untuk memajukan ekonomi dan mensejahterakan rakyat Aceh. (*)
Penulis: Redaksi
Post a Comment